Pages

Tuesday, January 7, 2014

An Organization, A Place to Learn, A Family



Oleh: Elizabeth Claudia

Pertama kali saya dipertemukan dengan PENA adalah saat Open House II Psikologi tahun 2012. Namun jujur aja, rasanya saat itu PENA tidak mempunyai daya tarik apapun terhadap saya, padahal saat itu stand PENA menjadi stand yang paling besar, luas, dan paling menarik perhatian. Saat itu saya sudah memfokuskan diri saya pada satu organisasi lain yang ingin saya ikuti dan organisasi tersebut bukanlah PENA. 
Saya bertemu dengan seorang teman saya yang merupakan anggota PENA, dan meminta saya untuk bergabung. Saat itu saya hanya ‘iya- iya’ saja tanpa benar- benar merasakan passion dan ketertarikan untuk benar-benar ikut PENA. 

Saat saya mengikuti pembekalan PENA, di hari pertama saya mulai berpikir: “Hey... this is not too bad, kok.” Saya mulai merasa nyaman dengan para anggotanya.  Selama kegiatan pembekalan tersebut, saya mulai mengerti passion dan value dari PENA; rasanya tidak asing sih, mengingat saya sudah aktif dalam organisasi sosial seperti ini sejak saya SMA. 
Nah, di hari kedua, sisi kemanusiaan saya mulai digelitik. Ada perasaan tak sabar untuk bertemu dengan anak- anak bersituasi khusus yang mulai keluar dari diri saya. Rasanya saat itu saya mulai berpikir bahwa saya berada di organisasi yang tepat! 
Hari ketiga, adalah hari dimana saya akhirnya berpikir bahwa organisasi ini akan menjadi ‘rumah’ yang baik bagi saya selama menjadi mahasiswa psikologi. It was then, I found my little family.           

http://meetchandresh.com/blog/wp-content/uploads/2011/12/togetherness.jpg 

“You must remember, family is often born of blood, but it doesn't depend on blood. Nor is it exclusive of friendship. Family members can be your best friends, you know. And best friends, whether or not they are related to you, can be your family.”
― Trenton Lee Stewart, The Mysterious Benedict Society

Setelah secara official bergabung. saya pun mulai aktif dalam beberapa kegiatan yang dilaksanakan oleh PENA. Rasa rasa kekeluargaan di antara anggotanya makin kuat seiring dengan pengalaman yang saya rasakan bersama PENA! Tidak hanya itu, komitmen saya pribadi juga seakan- akan dikuatkan ketika saya akhirnya menjadi salah satu pengurus PENA periode 2013. 

Banyak hal yang terjadi selama proses itu, dan tentunya banyak pula kejadian yang sempat membuat saya ingin mundur. Namun pemikiran bahwa PENA adalah keluarga saya membuat saya tidak ingin mengecewakan teman-teman sesama anggota. 
Perjalanan saya menjadi pengurus tidaklah semudah yang saya kira; banyak hal yang terjadi. Ada banyak masalah eksternal, juga masalah akademis saya... Jujur, masalah- masalah tersebut hampir menyebabkan saya menyerah. Namun dukungan dari pengurus- pengurus lain, khususnya dari teman-teman yang satu divisi saya which is Divisi Pendampingan, membuat saya tetap bertahan sampai saat ini.

“If you have good friends, no matter how much life is sucking , they can make you laugh.”
― P.C. Cast

Sudah satu tahun saya menjadi anggota PENA... Banyak perubahan, banyak pembelajaran dan pengalaman yang didapatkan yang membuat perasaan bahwa 'PENA adalah keluarga saya' masih terus berkembang.

“Real friends do care about you, they do worry about you, and they LOVE to spend time with you! Real friends are like family, you ride together and you die together.”
 Mikel Musial

Saat ini, bila saya ditanya apa makna PENA bagi saya, maka saya akan menjawab: An organization, a place to learn, and a family... A really big family.

 There are families that we are born into, and there are families that we build out of our circle of friends. While their faces may change over the course of our lives, the joy they bring us remains constant.
- Elisabeth Claudia

Be more C.A.R.E! 

Pengalaman Seru saat Pendampingan



Oleh: Dyah Ayu

Hai, gue pengen berbagi cerita tentang pengalaman seru saat pendampingan bersama PENA. Hmm... Pengalaman ini memang udah lewat sih, tapi keinget terus sampai sekarang karena bener-bener menyenangkan sekali kegiatan pendampingan saat itu. 
Waktu itu gue melakukan pendampingan ke Home of Prolife, salah satu rumah singgah di Jakarta tempat PENA berkegiatan, pada tanggal 28 Mei 2013 (udah lama banget kan?) bersama dengan Devina, Kak Cindy, Kak Norman, Dion, Gaby, Angeline, Kak Vanesa dan Kak Vita (maaf kalau ada yang kelupaan). 

Tujuan pendampingan saat itu adalah membuat anak-anak dampingan mengetahui bahwa berolahraga dan mengkonsumsi makan-makanan sehat dapat menjaga dan meningkatkan kesehatan fisik mereka. Nah...untuk mencapai tujuan pendampingan tersebut akhirnya dibuatlah games tepok nyamuk. 
Dalam games tepok nyamuk itu anak-anak pendampingan dihadapkan pada dua buah kertas yang bertuliskan sehat dan tidak sehat yang ditempelkan pada dinding rumah  singgah Prolife. Setelah itu, anak-anak dampingan diberikan beberapa pernyataan oleh PIC games tepok nyamuk mengenai perilaku, makanan, dan bermacam-macam kegiatan yang mencerminkan perilaku sehat dan tidak sehat seperti “Mencuci tangan sebelum makan” (sehat atau tidak sehat). 

http://www.ttrweekly.com/site/wp-content/uploads/2010/06/Togetherness.jpg

Mereka diminta untuk menepok perilaku tersebut mencerminkan sikap sehat atau tidak sehat (jadi tepok kertasnya gitu). Permainan ini terlihat seru karena anak-anak dampingan dibagi jadi 2 kelompok dan saat itu mereka bener-bener antusias sama games ini bahkan sampe rebut-rebutan nepok. 
Sampai pada akhirnya, di pernyataan yang terakhir, karena mereka capek akhirnya mereka bergerak kayak slow motion gitu (hahahaha lucu sih kalau inget-inget). Proses debriefing juga seru banget, bahkan ada salah satu anak pendampingan yang malah sharing pengalamannya tentang berhenti merokok. Melihat mereka trertawa dan mau berbagi pengalaman rasanya kayak bisa menghilangkan rasa capek pulang kuliah banget deh. 
Seru bangettt!

Sharing - Thx PENA!



Oleh: Paschia Isarah

Tulisan ini refleksi pribadi setelah gue masuk PENA.

Awal gue masuk PENA sebenernya cukup simple, karena pengurusnya pake baju KUNING!!! 
Gue suka warna kuning, makanya gue mau masuk PENA..Hehehe. Tapi selain itu hal yang ga kalah penting adalah gue seneng dengan kegiatan sosial. Dengan latar belakang guru sekolah minggu, gue cukup PD sebagai kakak pendamping. Tapi ternyata pas pertama kali terjun langsung ke rumah singgah Padua, gue sangat kaget karena karakteristik anaknya beda banget sama anak di gereja! Pertama kali gue jadi fasilitator, suara gue hampir mau habis dan baju sampe basah karena keringat. Intinya cape banget pas jadi fasil di Padua karena anaknya yang "luar biasa" aktif. 

Hal yang paling berharga selama gue di Pena adalah gua belajar buat BERSYUKUR. Ada yg bilang orang yang paling bahagia adalah orang yang pandai bersyukur dalam setiap situasi. Gue  termasuk orang yang kurang pandai dalam hal bersyukur. 
Gue selalu melihat kehidupan orang lain selalu lebih indah daripada kehidupan gue,  padahal belum tentu kehidupan mereka seindah yang gue lihat. Intinya, gue selalu merasa kurang padahal apa yg gue punya menurut logika sudah cukup. 


http://tenniestouch.files.wordpress.com/2013/12/thankful-for.jpg 

Anak-anak dampingan di tempat PENA mendampingi menginsipirasi gue untuk tetap semangat di dalam keterbatasan. Masih ada senyum di muka mereka meskipun cuma jajan 500 perak (this isn't a drama). Semoga gue juga demikian, masih bisa tersenyum meskipun nanti gagal di salah satu mata kuliah (ini sih amit amit yak). 
Gue yakin temen temen Pena juga mendapatkan sesuatu hal selama pendampingan, mungkin bukan tentang bersyukur tapi hal yang lain. Jadi bukan adik-adik dampingan saja yg belajar, tapi kita sebagai kakak pendamping banyak belajar juga dari mereka.

Akhir kata,  terima kasih untuk Pena yang udah memberikan banyak pengalaman dan pembelajaran selama ini :)